Membicarakan keberadaan seni pertunjukan tradisional pada saat ini sangat memprihatinkan. Sebab banyak sekali kita baca atau kita amati sendiri, keberadaan seni pertunjukan tradisional sangat mengenaskan. Dalam arti bahwa, dengan derasnya berbagai sarana komunikasi maupun informasi ternyata cukup besar pengaruhnya terhadap keberadaan seni pertunjukan tradisional. Grup-grup kesenian tradisional mulai menghilang, karena tiadanya faktor penyangganya baik dalam bentuk dana, kamampuan ataupun regenerasinya. Oleh karena itu, mereka tidak dapat bersaing dengan munculnya bentuk-bentuk kesenian modern yang lebih diminati oleh masyarakat sekarang. Sehingga dengan demikian bila seni pertunjukan tradisional itu dirasa sudah “tidak berfungsi", dengan sendirinya keberadaannya akan menghilang dari masyarakat pendukungnya. bahwa pada dasarnya seni pertunjukan tardisional secara umum mempunyai empat fungsi utama yaitu:
- Fungsi ritual
- Fungsi pendidikan sebagai media penuntun
- Fungsi/media penerangan atau kritik sosial
- Fungsi hiburan atau tontonan
1. Fungsi ritual
Pada awal tumbuhnya seni tradisi bermula dari adanya keperluan-keperluan ritual. Seni yang dimunculkan biasanya dianalogikan dalam suatu gerak, suara, ataupun tindakan-tindakan tertentu dalam suatu upacara ritual.maksudnya adalah sebagai ungkapan atau simbol untuk berkomunikasi.
Dalam perkembangan selanjutnya, dewasa ini seni pertunjukan tradisional juga masih dapat memperlihatkan fungsinya secara ritual. Untuk memenuhi fungsi secara ritual ini, seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih tetap berpijak kepada aturan-aturan tradisi yang berlaku. Sebagai contohnya seni pertunjukan tradisional yang berfungsi sebagai sarana ritual juga terletak pada penciptaan tari Bedhaya Ketawang, yang dipertunjukan bagi penobatan Raja naik tahta. Di istana Kraton Kasultanan Yogyakarta maupun di Kasunanan Surakarta, tari ini dipercaya bahwa Bedhaya Ketawang diilhami oleh Kanjeng Ratu Kidul. Tarian ini dimainkan oleh 9 orang putri yang masih suci (belum haid) dan sebelum menarikannya harus menjalani masa pingitan. Bedhaya sendiri secara tradisional tampil dalam kelompok sembilan. Busana dan hiasannya adalah busana dari pengantin putri. Musik dan nyanyian yang mengiringinya sangat lambat, teks nyanyiannya diangggap begitu suci, bahkan transkripnya dihindari karena takut akan kesalahan. Contoh lain, terdapat pada pertunjunkkan tari Jathilan, sebuah seni pertunjukkan yang berasal dan berada di masyarakat. Dalam pementasan biasanya sang pawang Jathilan akan melakukan ritual untuk meminta kelancaran pada saat pentas kepada Sang Maha Kuasa.
2. Fungsi pendidikan sebagai media penuntun
Salah satu fungsi dari seni pertunjukan tradisional yang tidak kalah pentingnya adalah berfungsi sebagai media pendidikan atau sebagai tuntunan bagi para penonton yang menikmatinya. Di dalam setiap pementasan seni pertunjukan tradisional, pada intinya para seniman yang melakukannya mempunyai misi yang ingin disampaikan kepada para penontonnya. Misi yang akan disampaikan itu bisa melalui dialognya ataupun melalui gerakan apabila itu berupa tarian.
Sebagai media pendidikan melalui transformasi nilai-nilai budaya yang ada di dalam seni pertunjukan tradisional tersebut, maka seorang seniman betul-betul dituntut untuk dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang diembannya. Seni pertunjukan tradisional sebagai media pendidikan sebenarnya sudah terkandung pada hakekat seni pertunjukan itu snediri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya, serta dalam ceritera yang secra utuh. Memang kadang kala hakekat seni pertunjukan tradisional diakui agak rumit dimengerti (dialog-dialognya atau ceritera-ceriteranya) terutama bagi generasi muda.
3. Fungsi/media penerangan atau kritik sosial
Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, seni pertunjukan tradisional juga cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, khususnya bagi masyarakat pedesaan atau masyarakat pada umumnya. Pesan yang ingin disampaikan dapat dilakukan melalui tokoh Punakawan pada seni pertunjukan wayang orang. Punakawan inilah yang mengggambarkan figur-figur rakyat, sehingga kritik-kritik sosial ataupun media penerangnan disampaikan melalui mereka diharapkan para penonton akan lebih mudah menangkap dan mencernanya.
Pesan-pesan pembangunan yang ingin disampaikannya bisa berbagai macam topik sesuai dengan keinginannya. Bila topik-topik sekitar kepahlawanan, kebersamaan, kesetiaan, kepatuhan, bahkan dapat pula berupa kritikan sosial yang cenderung banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa kini. Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana agar seni pertunjukan tradisional itu tetap disukai oleh masyarakat, sehingga fungsinya sebagai media penerangan serta sebagai media untuk mengungkapkan kritik sosial dapat terwujud.
Sebagai media untuk penyampaian kritik sosial, memang dengan bentuk kesenian tradisional sungguh tepat. Masyarakat Indonesia yang menganut paham paternalistik tentu tabu apabila akan mengkritik seseorang secara langsung, apabila kalau orang yang dikritik itu adalah pemimpinnya, atasannya, ataupun saudaranya, atau juga kondisi negara pada saat ini. Media yang sangat tepat untuk menyindir melalui tokoh-tokoh yang diperankan ataupun melalui dialog-dialog tertentu.
4. Fungsi hiburan atau tontonan
Fungsi seni pertunjukan tradisional sebagai sarana hiburan atau tontonan sudah jelas. Biasanya penonton melihat kesenian bertujuan untuk mencari hiburan, melepas lelah, menghilangkan stres dan bersantai ria. Seni pertunjukan tradisional seperti wayang orang sebagai sarana hiburan biasanya pertunjukan begitu lepas dan tidak dikaitkan dengan pelaksanaan upacara ritual. Pertunjukan ini diselenggarakan untuk memperingati peristiwa atau sebagai sarana hiburan dalam suatu keperluan. Namun demekian pemilihan lakon disesuaikan dengan peristiwa yang diperingati.
Sebagai dampak negatif yang ditimbulkan dari pementasan seni pertunjukan tradisional adalah dijadikannya pementasan kesenian ini sebagai arena perjudian, arena mabuk-mabukan bahkan tidak sedikit yang mengakibatkan timbulnya perkelahian. Melihat kondisi itu, bila dilihat dari fungsi seni pertunjukan tradisional sebagai sarana hiburan memang tidak salah. Oleh karena pada intinya penonton datang melihat seni pertunjukan tradisional adalah mencari hiburan, mencari kesenangan, mehilangkan stress dan mehilangkan kesedihan.
Beberapa media massa pada akhir-akhir ini mengulas keberadaan seni tradisi yang semakin memprihatinkan keberadaannya. Disamping mengulas tentang senimannya yang semakin memelas kehidupannya, ternyata panggung-panggung hiburan tempat seni tradisi ini pentaspun juga semakin banyak yang ditutup, gulung tikar tidak beroperasi lagi.
Di sisi lain, para seniamanpun sudah semakin kehilangan akan jati diri sebagai seniman. Oleh karena paling tidak mereka dituntut untuk lebih berkreasi maupun bermotivasi dalam upaya menyiasati era global ini, agar kesenian tradisional tetap dapat bertahan hidup. Keberadaan seni tradisional ternyata sangat ditentukan oleh dua hal yang penting yaitu:
1. Faktor Seniman (pelaku seni)
Seniman adalah seseorang yang sepenuhnya kehidupannya dicurahkan kepada salah satu bentuk kesenian. Profesi seniman diperoleh seseorang dapat melalui bakat, dalam hal ii karena faktor keturunan dan dapat pula karena atau melalui sosialisasi. Keberadaan seniman seni tradisi pada saat ini memprihatinkan . mereka kurang dihargai atau kurang memperoleh perhatian di masyarakat maupun pemerintah. Pekerja seni dianggap sebagai yang diremehkan, dan kurang dapat menjanjikan untuk kelangsungan hidup seseorang.
Menurut beberapa ahli seni, para pekerja seni sebagai ternyata dewasa ini orientasinya para seniman ada kecenderungan berorientasi kepada seni sebagai pencaharian lahan hidup. Degan demikian berbagai macam jalan ditempuh, asalkan mendapatkan/mendatangkan uang. Mental komersial yang selalu berorientasi kepada uang ternyata juga telah memasuki para seniman muda, bahkan telah berpendidikan tinggi sekalipun. Alasan utama penyebabnya adalah ternyata mereka telah berorientasi komersial, sehingga berpengaruh pula terhadap ekspresi tariannya yang asal-asalan saja. Ataupun dapat pula disebabkan mereka telah berstatus pegawai negeri. Mereka akan tampil baik atau burukj tetap menerima gaji, hak seperti itu yang tidak mengacu kreatifitasnya.
Tantangan keberadaan seniman seni tradisi dalam menatap masa depan sebenarnya cukup berat. Sebab mereka harus benar-benar dapat bersaing dengan jenis kesenian modern maupun kontemporer yang telah banyak tampil bahkan merajai layar kaca. Para seniman seni tradisi hendaknya akan selalu tanggap terhadap perubahan lingkungannya, sehingga dapat membuat terobosan-terobosan baru tanpa meninggalkan pakem. Memang, untuk dapat merubah orientasi para senimannya yang terlanjur bersifat komersial memang cukup sulit dan butuh proses. Oleh sebab itu, keterlibatan pemerintah pun sangat diharapkan dalam penanganan pembinaan seni tradisi.
2. Kepedulian masyarakat pendukungnya
Apabila diperhatikan tentang keberadaan seni pertunjukan secara kuantitas cukup mengembirakan. Akan tetapi secara kualitas kita cukup sering mengelus dada. Sebab sekarang banyak kita melihat berbagai jenis seni tradisi yang berjalan sudah tidak sesuai denagn pakemnya, tidak sesuai dengan aturannya, sehingga pertunjukan seni tradisi semakin tidak mempunyai “ruh”nya. Mereka cenderung berjalan semuanya sendiri, asalkan ia tetap laris, tetap disenangi penonton dan yang penting penontonnya juga ikut senang. Dengan demikian mereka sah-sah saja untuk berkreasi semuanya sendiri tanpa ada larangan.
Sampai sekarang, kita masih mendengar keluhan bahwa seni tradisi semakin tersingkirkan. Hal ini terjadi karena tidak lain, di satu sisi seni tradisi yang selama ini menjadi legimitasi atau simbol bagi bangsa yang beradab, dan disisi lain dianggap sakral, menjadi cair karena hanya bernilai sebagai seni hiburan saja. Bahkan hanya sekedar simbol atau sebagai pernik-pernik kehidupan belaka, sehingga masyarakat sendiri akan merasa kesulitan bagaimana memposisikan seni tradisi dalam dinamika global.
Dilihat dari animo masyarakat, seni tradisi yang semaki lama semakin sedikit penontonnya para pelaku seni tradisi hendaknya harus berani mengambil gebrakan atau inisiatif atau terobosan baru agar seni tradisi ini tetap diminati oleh masyarakatnya. Tentu saja terobosan ini tidak berhasil apabila tanpa ada dukungan dari masyarakat sebagai pemangku kebudayaan tersebut. Bagi masyarakat yang kehidupan sosial kulturalnya sangat kuat, maka keberadaan seni tradisi masih dapat tumbuh subur.
Sumber: http://aryadanisetyawan.blogspot.com/2011/11/fungsi-seni-pertunjukan-tradisional-di.html (dengan beberapa ubahan)
2. Fungsi pendidikan sebagai media penuntun
Salah satu fungsi dari seni pertunjukan tradisional yang tidak kalah pentingnya adalah berfungsi sebagai media pendidikan atau sebagai tuntunan bagi para penonton yang menikmatinya. Di dalam setiap pementasan seni pertunjukan tradisional, pada intinya para seniman yang melakukannya mempunyai misi yang ingin disampaikan kepada para penontonnya. Misi yang akan disampaikan itu bisa melalui dialognya ataupun melalui gerakan apabila itu berupa tarian.
Sebagai media pendidikan melalui transformasi nilai-nilai budaya yang ada di dalam seni pertunjukan tradisional tersebut, maka seorang seniman betul-betul dituntut untuk dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang diembannya. Seni pertunjukan tradisional sebagai media pendidikan sebenarnya sudah terkandung pada hakekat seni pertunjukan itu snediri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya, serta dalam ceritera yang secra utuh. Memang kadang kala hakekat seni pertunjukan tradisional diakui agak rumit dimengerti (dialog-dialognya atau ceritera-ceriteranya) terutama bagi generasi muda.
3. Fungsi/media penerangan atau kritik sosial
Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, seni pertunjukan tradisional juga cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, khususnya bagi masyarakat pedesaan atau masyarakat pada umumnya. Pesan yang ingin disampaikan dapat dilakukan melalui tokoh Punakawan pada seni pertunjukan wayang orang. Punakawan inilah yang mengggambarkan figur-figur rakyat, sehingga kritik-kritik sosial ataupun media penerangnan disampaikan melalui mereka diharapkan para penonton akan lebih mudah menangkap dan mencernanya.
Pesan-pesan pembangunan yang ingin disampaikannya bisa berbagai macam topik sesuai dengan keinginannya. Bila topik-topik sekitar kepahlawanan, kebersamaan, kesetiaan, kepatuhan, bahkan dapat pula berupa kritikan sosial yang cenderung banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa kini. Permasalahan yang timbul sekarang adalah bagaimana agar seni pertunjukan tradisional itu tetap disukai oleh masyarakat, sehingga fungsinya sebagai media penerangan serta sebagai media untuk mengungkapkan kritik sosial dapat terwujud.
Sebagai media untuk penyampaian kritik sosial, memang dengan bentuk kesenian tradisional sungguh tepat. Masyarakat Indonesia yang menganut paham paternalistik tentu tabu apabila akan mengkritik seseorang secara langsung, apabila kalau orang yang dikritik itu adalah pemimpinnya, atasannya, ataupun saudaranya, atau juga kondisi negara pada saat ini. Media yang sangat tepat untuk menyindir melalui tokoh-tokoh yang diperankan ataupun melalui dialog-dialog tertentu.
4. Fungsi hiburan atau tontonan
Fungsi seni pertunjukan tradisional sebagai sarana hiburan atau tontonan sudah jelas. Biasanya penonton melihat kesenian bertujuan untuk mencari hiburan, melepas lelah, menghilangkan stres dan bersantai ria. Seni pertunjukan tradisional seperti wayang orang sebagai sarana hiburan biasanya pertunjukan begitu lepas dan tidak dikaitkan dengan pelaksanaan upacara ritual. Pertunjukan ini diselenggarakan untuk memperingati peristiwa atau sebagai sarana hiburan dalam suatu keperluan. Namun demekian pemilihan lakon disesuaikan dengan peristiwa yang diperingati.
Sebagai dampak negatif yang ditimbulkan dari pementasan seni pertunjukan tradisional adalah dijadikannya pementasan kesenian ini sebagai arena perjudian, arena mabuk-mabukan bahkan tidak sedikit yang mengakibatkan timbulnya perkelahian. Melihat kondisi itu, bila dilihat dari fungsi seni pertunjukan tradisional sebagai sarana hiburan memang tidak salah. Oleh karena pada intinya penonton datang melihat seni pertunjukan tradisional adalah mencari hiburan, mencari kesenangan, mehilangkan stress dan mehilangkan kesedihan.
Beberapa media massa pada akhir-akhir ini mengulas keberadaan seni tradisi yang semakin memprihatinkan keberadaannya. Disamping mengulas tentang senimannya yang semakin memelas kehidupannya, ternyata panggung-panggung hiburan tempat seni tradisi ini pentaspun juga semakin banyak yang ditutup, gulung tikar tidak beroperasi lagi.
Di sisi lain, para seniamanpun sudah semakin kehilangan akan jati diri sebagai seniman. Oleh karena paling tidak mereka dituntut untuk lebih berkreasi maupun bermotivasi dalam upaya menyiasati era global ini, agar kesenian tradisional tetap dapat bertahan hidup. Keberadaan seni tradisional ternyata sangat ditentukan oleh dua hal yang penting yaitu:
- Faktor senimannya pekerja seni/pelaku seni)
- Kepedulian masyarakat pendukungnya.
1. Faktor Seniman (pelaku seni)
Seniman adalah seseorang yang sepenuhnya kehidupannya dicurahkan kepada salah satu bentuk kesenian. Profesi seniman diperoleh seseorang dapat melalui bakat, dalam hal ii karena faktor keturunan dan dapat pula karena atau melalui sosialisasi. Keberadaan seniman seni tradisi pada saat ini memprihatinkan . mereka kurang dihargai atau kurang memperoleh perhatian di masyarakat maupun pemerintah. Pekerja seni dianggap sebagai yang diremehkan, dan kurang dapat menjanjikan untuk kelangsungan hidup seseorang.
Menurut beberapa ahli seni, para pekerja seni sebagai ternyata dewasa ini orientasinya para seniman ada kecenderungan berorientasi kepada seni sebagai pencaharian lahan hidup. Degan demikian berbagai macam jalan ditempuh, asalkan mendapatkan/mendatangkan uang. Mental komersial yang selalu berorientasi kepada uang ternyata juga telah memasuki para seniman muda, bahkan telah berpendidikan tinggi sekalipun. Alasan utama penyebabnya adalah ternyata mereka telah berorientasi komersial, sehingga berpengaruh pula terhadap ekspresi tariannya yang asal-asalan saja. Ataupun dapat pula disebabkan mereka telah berstatus pegawai negeri. Mereka akan tampil baik atau burukj tetap menerima gaji, hak seperti itu yang tidak mengacu kreatifitasnya.
Tantangan keberadaan seniman seni tradisi dalam menatap masa depan sebenarnya cukup berat. Sebab mereka harus benar-benar dapat bersaing dengan jenis kesenian modern maupun kontemporer yang telah banyak tampil bahkan merajai layar kaca. Para seniman seni tradisi hendaknya akan selalu tanggap terhadap perubahan lingkungannya, sehingga dapat membuat terobosan-terobosan baru tanpa meninggalkan pakem. Memang, untuk dapat merubah orientasi para senimannya yang terlanjur bersifat komersial memang cukup sulit dan butuh proses. Oleh sebab itu, keterlibatan pemerintah pun sangat diharapkan dalam penanganan pembinaan seni tradisi.
2. Kepedulian masyarakat pendukungnya
Apabila diperhatikan tentang keberadaan seni pertunjukan secara kuantitas cukup mengembirakan. Akan tetapi secara kualitas kita cukup sering mengelus dada. Sebab sekarang banyak kita melihat berbagai jenis seni tradisi yang berjalan sudah tidak sesuai denagn pakemnya, tidak sesuai dengan aturannya, sehingga pertunjukan seni tradisi semakin tidak mempunyai “ruh”nya. Mereka cenderung berjalan semuanya sendiri, asalkan ia tetap laris, tetap disenangi penonton dan yang penting penontonnya juga ikut senang. Dengan demikian mereka sah-sah saja untuk berkreasi semuanya sendiri tanpa ada larangan.
Sampai sekarang, kita masih mendengar keluhan bahwa seni tradisi semakin tersingkirkan. Hal ini terjadi karena tidak lain, di satu sisi seni tradisi yang selama ini menjadi legimitasi atau simbol bagi bangsa yang beradab, dan disisi lain dianggap sakral, menjadi cair karena hanya bernilai sebagai seni hiburan saja. Bahkan hanya sekedar simbol atau sebagai pernik-pernik kehidupan belaka, sehingga masyarakat sendiri akan merasa kesulitan bagaimana memposisikan seni tradisi dalam dinamika global.
Dilihat dari animo masyarakat, seni tradisi yang semaki lama semakin sedikit penontonnya para pelaku seni tradisi hendaknya harus berani mengambil gebrakan atau inisiatif atau terobosan baru agar seni tradisi ini tetap diminati oleh masyarakatnya. Tentu saja terobosan ini tidak berhasil apabila tanpa ada dukungan dari masyarakat sebagai pemangku kebudayaan tersebut. Bagi masyarakat yang kehidupan sosial kulturalnya sangat kuat, maka keberadaan seni tradisi masih dapat tumbuh subur.
Sumber: http://aryadanisetyawan.blogspot.com/2011/11/fungsi-seni-pertunjukan-tradisional-di.html (dengan beberapa ubahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar