Minggu, 13 April 2014

Lebih Mengutamakan Seni daripada Ndadi



Jathilan kini dengan Jathilan dulu sudah berbeda jauh. Kalau dulu tari Jathilan lebih menonjolkan atraksi kesurupannya, Jathilan masa kini lebih mengutamakan garapan tari dan iringannya. Banyak siswa dari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Yogyakarta atau (SMK N 1 Kasihan) dan mahasiswa dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang mulai menggarap tari Jathilan. Mulai dari konsep penataan iringan dan gerak yang lebih indah hingga sampai ke taraf sendratari. Hal ini beralasan karena partisipasi atau minat masyarakat untuk seni Jathilan cukup tinggi, hampir di setiap dusun memiliki kelompok kesenian Jathilan.

Kami mulai memikirkan bagaimana Jathilan harus berkembang dan ingin merubah citra Jathilan yang tidak hanya identik dengan kesurupan saja. Hal itulah yang menjadi dasar semangat kami untuk menggarap Laras Kridho Manunggal ke dalam konsep sendratari yang sudah kami realisasikan pada Festival Kuda Lumping di SAC Kutoarjo bulan November tahun 2013. Dalam festival itu kami mengisahkan pertempuran antara para prajurit Kelana Jayeng Kusuma melawan wadya gandharwa di hutan belantara. Iringan kami buat dengan menampilkan gendhing-gendhing karawitan, begitu juga gerak tarinya yang kami garap dengan apik dan rapi, dengan tidak meninggalkan pakem Jathilan.

Saat ini kami terus menyempurnakan garapan tari dan iringan yang selalu kami lakukan dalam latihan rutin setiap malam minggu di basecamp kami. Pengetahuan kami yang kami dapat melalui relasi dengan para seniman, yaitu teman-teman kami sendiri yang menempuh pendidikan di ISI Yogyakarta, kami satukan menjadi sebuah bentuk tari dan iringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar